A. PENGERTIAN
Ilmu sosial
(Inggris:social
science) atau ilmu pengetahuan sosial (Inggris:social
studies) adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari
aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia
dan lingkungan sosialnya. Ilmu ini berbeda dengan seni dan humaniora
karena menekankan penggunaan metode
ilmiah dalam mempelajari manusia, termasuk metoda kuantitatif dan
kualitatif. Istilah ini juga termasuk menggambarkan penelitian dengan
cakupan yang luas dalam berbagai lapangan meliputi perilaku dan
interaksi manusia pada masa kini dan masa lalu. Berbeda dengan ilmu
sosial secara umum, IPS tidak memusatkan diri pada satu topik secara
mendalam melainkan memberikan tinjauan yang luas terhadap masyarakat.
Ilmu sosial, dalam mempelajari aspek-aspek masyarakat secara
subjektif, inter-subjektif, dan objektif atau struktural, sebelumnya
dianggap kurang ilmiah bila dibanding dengan ilmu
alam. Namun sekarang, beberapa bagian dari ilmu sosial telah banyak
menggunakan metoda kuantitatif. Demikian pula, pendekatan interdisiplin
dan lintas-disiplin dalam penelitian sosial terhadap perilaku manusia
serta faktor sosial dan lingkungan yang mempengaruhinya telah membuat
banyak peneliti ilmu alam tertarik pada beberapa aspek dalam metodologi
ilmu sosial.[1]
Penggunaan metoda kuantitatif dan kualitatif telah makin banyak
diintegrasikan dalam studi tentang tindakan manusia serta implikasi dan
konsekuensinya.
Karena sifatnya yang berupa penyederhanaan dari ilmu-ilmu sosial, di Indonesia
IPS dijadikan sebagai mata
pelajaran untuk siswa sekolah dasar (SD), dan sekolah menengah
tingkat pertama (SMP/SLTP). Sedangkan untuk tingkat di atasnya,
mulai dari sekolah menengah
tingkat atas (SMA) dan perguruan tinggi, ilmu sosial dipelajari berdasarkan
cabang-cabang dalam ilmu tersebut khususnya jurusan atau fakultas yang
memfokuskan diri dalam mempelajari hal tersebut.
B. Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Istilah pendidikan IPS dalam penyelenggaraan pendidikan di
Indonesia masih relatif baru digunakan. Pendidikan IPS merupakan padanan
dari social studies dalam konteks kurikulum di Amerika
Serikat. Istilah tersebut pertama kali digunakan di AS pada tahun 1913
mengadopsi nama lembaga Sosial Studies yang mengembangkan
kurikulum di AS (Marsh, 1980; Martoella, 1976).
Kurikulum pendidikan IPS tahun 1994
sebagaimana yang dikatakan oleh Hamid Hasan (1990), merupakan fusi dari
berbagai disiplin ilmu, Martoella (1987) mengatakan bahwa pembelajaran
Pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek “pendidikan” dari pada
“transfer konsep”, karena dalam pembelajaran pendidikan IPS peserta
didik diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan
mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral, dan keterampilannya
berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Dengan demikian, pembelajaran
pendidikan IPS harus diformulasikannya pada aspek kependidikannya.
Ada 10 konsep social studies
dari NCSS, yaitu (1) culture; (2) time, continuity and
change; (3) people, places and environments; (4) individual
development and identity; (5) individuals, group, and
institutions; (6) power, authority and govermance; (7) production,
distribution and consumption; (8) science, technology and
society; (9) global connections, dan; (10) civic
idealsand practices.(NCSS
http://www.socialstudies.org/standar/exec.html).
Konsep IPS, yaitu: (1) interaksi, (2)
saling ketergantungan, (3) kesinambungan dan perubahan, (4)
keragaman/kesamaan/perbedaan, (5) konflik dan konsesus, (6) pola (patron),
(7) tempat, (8) kekuasaan (power), (9) nilai kepercayaan, (10)
keadilan dan pemerataan, (11) kelangkaan (scarcity), (12)
kekhususan, (13) budaya (culture), dan (14) nasionalisme.
Mengenai tujuan ilmu pengetahuan sosial,
para ahli sering
mengaitkannya dengan berbagai sudut kepentingan dan penekanan dari
program pendidikan tersebut, Gross (1978) menyebutkan bahwa tujuan
pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan peserta didik menjadi warga
negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat, secara tegas ia
mengatakan “to prepare students to be well functioning citizens in a
democratic society”. Tujuan lain dari pendidikan IPS adalah untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik menggunakan penalaran dalam
mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya (Gross, 1978).
Ilmu pengetahuan sosial juga membahas
hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat
dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat,
dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan
sekitarnya. Pendidikan IPS berusaha membantu peserta didik dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya
semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya (Kosasih,
1994).
Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS
adalah untuk mendidik dan memberi
bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai
dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagai bekal
siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Berdasarkan pengertian dan tujuan dari pendidikan IPS, tampaknya
dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya
tujuan tersebut. Kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan
menggunakan berbagai model, metode dan strategi pembelajaran senantiasa
terus ditingkatkan (Kosasih, 1994), agar pembelajaran Pendidikan IPS
benar-benar mampu mengondisikan upaya pembekalan kemampuan dan
keterampilan dasar bagi peserta didik untuk menjadi manusia dan warga
negara yang baik. Hal ini dikarenakan pengondisian iklim belajar
merupakan aspek penting bagi tercapainya tujuan pendidikan (Azis Wahab,
1986).
Pola pembelajaran pendidikan IPS
menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan pada peserta didik.
Penekanan pembelajarannya bukan sebatas pada upaya mencecoki atau
menjejali peserta didik dengan sejumlah konsep yang bersifat hafalan
belaka, melainkan terletak pada upaya agar mereka mampu menjadikan apa
yang tekag dipelajarinya sebagai bekal dalam memahami dan ikut serta
dalam melakoni kehidupan masyarakat lingkungannya, serta sebagai bekal
bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Di sinilah sebenarnya penekanan misi dari pendidikan IPS. Oleh karena
itu, rancangan pembelajaran guru hendaknya diarahkan dan difokuskan
sesuai dengan kondisi dan perkembangan potensi siswa agar pembelajaran
yang dilakukan benar-benar berguna dan bermanfaat bagi siswa (Kosasih,
1994; Hamid Hasan, 1996).
Karakteristik mata pembelajaran IPS
berbeda dengan disiplin ilmu lain yang bersifat monolitik. Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai disiplin
ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi,
politik, hukum, dan budaya. Rumusan Ilmu Pengetahuan Sosial berdasarkan
realitas dan fenomena sosial melalui pendekatan interdisipliner.
Geografi, sejarah, dan antropologi
merupakan disiplin ilmu yang memiliki keterpaduan yang tinggi.
Pembelajaran geografi memberikan kebulatan wawasan yang berkenaan dengan
wilayah-wilayah, sedangkan sejarah memberikan wawasan berkenaan dengan
peristiwa-peristiwa dari berbagai periode. Antropologi meliputi
studi-studi komparatif yang berkenaan dengan nilai-nilai, kepercayaan,
struktur sosial, aktivitas-aktivitas ekonomi, organisasi politik,
ekspresi-ekspresi dan spiritual, teknologi, dan benda-benda budaya dari
budaya-budaya terpilih. Ilmu politik dan ekonomi tergolong ke dalam
ilmu-ilmu tentang kebijakan pada aktivitas-aktivitas yang berkenaan
dengan pembuatan keputusan. Sosiologi dan psikologi sosial merupakan
ilmu-ilmu tentang perilaku seperti konsep peran, kelompok, institusi,
proses interaksi dan kontrol sosial. Secara intensif konsep-konsep
seperti ini digunakan ilmu-ilmu sosial dan studi-studi sosial.
|
C. Cabang utama
Cabang-cabang utama dari ilmu sosial adalah:
- Antropologi, yang mempelajari manusia pada umumnya, dan khususnya antropologi budaya, yang mempelajari segi kebudayaan masyarakat
- Ekonomi, yang mempelajari produksi dan pembagian kekayaan dalam masyarakat
- Geografi, yang mempelajari lokasi dan variasi keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi
- Hukum, yang mempelajari sistem aturan yang telah dilembagakan
- Linguistik, yang mempelajari aspek kognitif dan sosial dari bahasa
- Pendidikan, yang mempelajari masalah yang berkaitan dengan belajar, pembelajaran, serta pembentukan karakter dan moral
- Politik, yang mempelajari pemerintahan sekelompok manusia (termasuk negara)
- Psikologi, yang mempelajari tingkah laku dan proses mental
- Sejarah, yang mempelajari masa lalu yang berhubungan dengan umat manusia
- Sosiologi, yang mempelajari masyarakat dan hubungan antar manusia di dalamnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar