P
|
ohon-pohon di halaman Kampus
bergerak ditiup angin bercampur gerimis, langit mendung berkabut, matahari seakan
takut menampakkan dirinya. Saat itu aku dan teman-teman mendengarkan pak
Sasmito mengabsen kami satu persatu.
“Boyi ?” kata pak Sasmito.
“Iya pak, hadir !” jawabku sambil mengacungkan tangan kanan.
“Dani ?”
“Hadir pak !”
……………………….
Akhirnya setelah pak
Sasmito mengabsen kami, aku segera membereskan buku mata kuliahku. Teman-teman
sudah meninggalkan ruangan kuliah, kecuali aku dan seorang temanku yang juga
masih membereskan buku mata kuliah hari ini, namanya
“Wilda”. Setelah aku selesai membereskan buku, aku pun menghampirinya.
“Belum pulang ?” tanyaku.
“Bentar lagi, kamu sendiri ?” balasnya sambil tersenyum.
“Hm… Sama kayak kamu, bentar lagi.”
“ Gimana kalo kita ke depannya bareng?” lanjutku
“Boleh
juga tuh, yuk cepetan keluar…! Entar kalau disini terus kapan kita pulang ?” ujar Wilda kalem.
Kami pergi meninggalkan ruangan kuliah bersama-sama, dan karena hujan yang sangat deras
kita berdua agak mempercepat jalan kita menuju pintu keluar kampus.
“Sampai ketemu besok !” kataku sambil
melambaikan tangan ke Wilda.
“Sama-sama,
Boy !” balasnya
Saat
aku sudah ada di dalam Angkutan Kota (angkot), tak sengaja aku teringat seorang
cewek yang pernah singgah di hatiku “Indri”. Dia pacarku waktu aku masih sekolah di SMK, namun kini dia
sudah menjadi milik orang lain.
Andaikan dulu aku tidak pindah sekolah,
mungkin sekarang dia masih jadi pacarku. Saat itu karena aku pindah dari SMK ke
SMA.
Aku tidak menyangka masih sempat bertemu
dengan Indri ketika pulang sekolah di hari pertamaku dengan di SMA, tapi
ternyata hari itu terakhir aku bertemu dengan Indri.
Pohon-pohon, jembatan, sungai, serta semua
yang ada di sekitar kita waktu itu adalah saksi perpisahan kita berdua,
termasuk teman-teman baruku.
Saat itu yang dapat aku katakan hanya sebuah
kata maaf, ”karena sekarang aku sudah tidak dapat menemaninya lagi di SMK. Sekolah
yang penuh kenangan indah kita berdua”.
Namun setelah tiga bulan kita berpisah, aku
mendapatkan kabar kalau Indri sudah tidak melanjutkan sekolah di SMK dan lebih
memilih menikah dengan laki-laki pilihan orang tuanya. Kabar tersebut aku dapat
dari salah satu teman lamaku yang masih sekolah di SMK. Perih luar biasa
menyelusup dalam dadaku bila ingat Indri. Tuhan, mengapa nasib cintaku seperti
ini..? Separuh nafasku hilang, setelah Indri pergi dari kehidupanku dan kini
aku kehilangan jejaknya. Hari-hariku suram, selama sebulan kerjaku
hanya sekolah,
pulang ke rumah dan mengurung diri di kamar.
Ah…Kini semua itu berlalu hampir tiga tahun
lamanya. Aku masih sayang dia dan belum bisa melupakan kenangan indah saat kita
masih bersama. Saat istarahat terkadang aku
sama Indri pergi ke Kantin ataupun kumpul bareng sama teman-teman Gengku, Geng Smile-X namanya.
Begitupun setiap pulang sekolah kita berdua pergi
ke Perpustakaan Umum yang ada, dia suka sekali membaca Novel Harry Potter
sedangkan aku sendiri lebih suka membaca komik.
Sekarang ataupun besok Aku akan tetap
meyimpan kenangan indah itu, bahkan sampai di ujung usiaku.
”Indri kamu ada di mana ? Aku ingin sekali bertemu
denganmu ?”.
Esokya aku tidak pergi ke Kampus, karena aku terserang demam yang
sangat tinggi akibat hujan yang turun kemarin. Hampir seminggu aku tidak masuk
kuliah dan yang ku lakukan hanya tidur, minum obat, dan lain-lain. itu semua
sangatlah membosankan bagiku.
Ketika aku kembali kuliah aku merasa lebih baik dari sebelumnya,
bahkan aku sekarang sudah dapat mengikuti kegiatan mata kuliah seperti
biasanya.
Di ruangan Tarbiyah, anak-anak Fakultas IPS sudah pada ngumpul. Ada
yang asyik ngemil mangga muda pake garem plus cabe, ada yang mainan HaPe, ada
yang lagi asyik ngegosipin artis yang baru cerai, ada juga yang tebar pesona ke teman-teman, dan
lain-lain. Setelah aku pikir-pikir ternyata diantara teman-temanku ada yang
wajahnya mirip dengan Indri, dan Wilda lah orangnya.
“Woi, lihat siapa yang datang?” Farhan yang duduk di pojok ruangan
dengan berteriak-teriak ketika melihat kedatanganku.
Seketika itu teman-teman menyambutku dengan heboh dan menyambut
jedatanganku. Tapi dari lusinan wajah ceria yang menyalamiku itu aku tidak
melihat wajah Wilda.
“Eh Far, Wilda mana ?” tanyaku.
“Gak tau tuh ! kali aja dia belum datang.”
“Tapi dia udah beberapa hari ini gak masuk kuliah.” Lanjutnya.
“Lho ?! kenapa ?”
“Emang gue pikirin !” ketus Farhan yang langsung pergi
meninggalkanku sambil menghisap rokok.
Aku cuma bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah laku
Farhan yang cuek abis, lalu aku pun duduk dan membuka mata kuliah hari ini.
Kebetulan hari ini jadwal kelompokku untuk mendiskusikan materi kuliah di depan
teman-teman.
Setelah beberapa lama kemudian, ketika jam Kuliah baru di mulai sekelebat
bayangan seseorang dari luar mengetuk pintu saat aku dan teman-teman sedang diskusi materi kuliah Sosiologi
Kurikulum, orang itu tidak lain adalah Wilda.
“Maaf pak, saya terlambat.” ujarnya sambil menghampiri pak Asep
untuk meminta permohonan izin mengikuti mata kuliah yang sudah berlangsung
setengah jam.
“Kamu kenapa terlambat ?” Tanya pak Asep.
“Sa, Saya…”
“Sudah sana kamu keluar...! kamu lupa sama kontrak belajar kita
dulu ?! kalau sudah lima belas menit setelah saya masuk, mahasiswa yang terlambat
di larang mengikuti mata kuliah saya…! Dengan sedikit emosi pak Asep mengusir
Wilda.
Akhirnya walau kecewa Wilda
keluar ruangan dan aku sendiri tidak bisa berbuat apa-apa ketika Wilda
diusir pak Asep, begitu pun dengan yang lainnya. Karena pak Asep di kenal
sebagai dosen yang sangat disiplin dan tegas kepada siapapun.
Melihat Wilda keluar ruangan rasanya aku ingin
sekali keluar juga dan menemuinya. Aku mencoba berdiri dan menggeserkan kursiku
kebelakang lalu meminta izin untuk pergi ke kamar mandi kepada Pak Asep.
“Pak maaf, saya mau ke toilet dulu sebentar ?”
“Silahkan. Tapi jangan terlalu lama.”
“Baik pak, terima kasih.”
Aku segera keluar dan mencari Wilda. Rupanya dia sedang duduk
termenung sendirian di bangku terbuat dari semen yang ada di taman Kampus.
“Hai, gi ngapain ?” tanyaku dengan sedikit basa-basi.
“Gi duduk.” balasnya.
“Eh denger-denger, kamu sudah beberapa hari ini tidak masuk kuliah, kenapa ?” tambahku yang duduk
menghampirinya.
“Kok kamu nanyain itu ? memangnya kamu sendiri gak masuk kuliah ?”
Wilda balik tanya.
“Oh… itu,
aku terserang demam waktu kita hujan-hujanan dulu. Kamu masih ingat kan ?
“Masih.” Jawabnya.
Pada saat itu ku lihat tiba-tiba Wilda meneteskan air mata yang
jatuh membasahi pipinya serta kaca mata yang dia pakai.
Kemudian aku mengambil sapu tangan yang ada di dalam kantong
celanaku, dan memberikannya ke Wilda.
“Kamu kenapa menangis ? Nich..! usap dulu air mata kamu.”
Tanyaku sembari memberikan sapu tangan ke Wilda.
“Ayahku meninggal beberapa hari yang lalu.” Jawab Wilda yang
sudah tidak bisa menahan air matanya.
“Waktu itu ayah mau menjemputku di Kampus. tapi akibat jalan
yang licin karena hujan yang turun saat itu sangat deras, motor yang Ayah kendarai
tiba-tiba menabrak trotoar. Ayahku menghembuskan nafasa terakhir pada
saat di bawa ke Rumah Sakit.” Tambahnya.
“Maaf kalau aku sudah membuatmu sedih. Aku
juga turut berduka cita atas musibah yang kamu alami sekarang ini.”
“Makasih Boy, kamu orangnya baik sekali. Jujur aku senang sekali
dapat berteman danganmu.”
“Tapi kenapa kamu tidak memberi tahu kepada teman-teman
tentang kejadian ini ?” tanyaku kembali.
“Tidak tahu Boy ! aku juga belum sempat berpikir untuk
memberitahukannya. Karena waktu itu pikiranku sedang kacau.” Karena terlalu asyik ngobrol dengan
Wilda, sampai aku lupa untuk kembali ke ruangan.
“He…h pasti pak Asep marah campur kecewa kepadaku.
sebab aku tidak menepati janji untuk kembali ke ruangan.” Pikirku.
Memang benar
perkiraanku, ketika aku kembali setelah jam kuliah pak Asep selesai Dani
menghampiriku. “Pak Asep marah besar kepadaku karena sudah membohonginya”. Kata
Dani. “Aku juga di anggap tidak bertanggung jawab ketika kelompokku sedang
diskusi di depan teman-teman.” Lanjutnya.
Aku bingung apa yang
telah terjadi pada diriku ? kenapa bayang-bayang Wilda terus ada di pikiranku.
Apakah aku telah jatuh cinta padanya ? ataukah hanya rasa belas kasihan terhadap musibah yang telah
menimpanya ? lebih baik aku tidur. Karena jam sudah menunjukkan pukul dua belas
malam. Selamat tidur semuanya, baik itu buat keluarga ataupun teman-tamanku
termasuk Wilda, cewek berkaca mata yang wajahnya mirip dengan Indri.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar