Senin, 05 Desember 2016

CINTAKU PADA CEWEK BERKACA MATA

 P
ohon-pohon di halaman Kampus bergerak ditiup angin bercampur gerimis, langit mendung berkabut, matahari seakan takut menampakkan dirinya. Saat itu aku dan teman-teman mendengarkan pak Sasmito mengabsen kami satu persatu.
“Boyi  ?” kata pak Sasmito.
       “Iya pak, hadir !” jawabku sambil mengacungkan tangan kanan.
       “Dani  ?”
       “Hadir pak  !”
       ……………………….
Akhirnya setelah pak Sasmito mengabsen kami, aku segera membereskan buku mata kuliahku. Teman-teman sudah meninggalkan ruangan kuliah, kecuali aku dan seorang temanku yang juga masih membereskan buku mata kuliah hari ini, namanya “Wilda”. Setelah aku selesai membereskan buku, aku pun menghampirinya.
       “Belum pulang  ?” tanyaku.
       “Bentar lagi, kamu sendiri  ?” balasnya sambil tersenyum.
       “Hm… Sama kayak kamu, bentar lagi.”
“ Gimana kalo kita ke depannya bareng?” lanjutku
       “Boleh juga tuh, yuk cepetan keluar…! Entar kalau disini terus kapan kita pulang  ?” ujar Wilda kalem.
Kami pergi meninggalkan ruangan kuliah bersama-sama,  dan karena hujan yang sangat deras kita berdua agak mempercepat jalan kita menuju pintu keluar kampus.
“Sampai ketemu besok !” kataku sambil melambaikan tangan ke Wilda.
 “Sama-sama, Boy !” balasnya
Saat aku sudah ada di dalam Angkutan Kota (angkot), tak sengaja aku teringat seorang cewek yang pernah singgah di hatiku “Indri”. Dia pacarku waktu  aku masih sekolah di SMK, namun kini dia sudah menjadi milik orang lain.
       Andaikan dulu aku tidak pindah sekolah, mungkin sekarang dia masih jadi pacarku. Saat itu karena aku pindah dari SMK ke SMA.
Aku tidak menyangka masih sempat bertemu dengan Indri ketika pulang sekolah di hari pertamaku dengan di SMA, tapi ternyata hari itu terakhir aku bertemu dengan Indri.
Pohon-pohon, jembatan, sungai, serta semua yang ada di sekitar kita waktu itu adalah saksi perpisahan kita berdua, termasuk teman-teman baruku.
Saat itu yang dapat aku katakan hanya sebuah kata maaf, ”karena sekarang aku sudah tidak dapat menemaninya lagi di SMK. Sekolah yang penuh kenangan indah kita berdua”.
Namun setelah tiga bulan kita berpisah, aku mendapatkan kabar kalau Indri sudah tidak melanjutkan sekolah di SMK dan lebih memilih menikah dengan laki-laki pilihan orang tuanya. Kabar tersebut aku dapat dari salah satu teman lamaku yang masih sekolah di SMK. Perih luar biasa menyelusup dalam dadaku bila ingat Indri. Tuhan, mengapa nasib cintaku seperti ini..? Separuh nafasku hilang, setelah Indri pergi dari kehidupanku dan kini aku kehilangan jejaknya. Hari-hariku suram, selama sebulan kerjaku hanya sekolah,
pulang ke rumah dan mengurung diri di kamar.
Ah…Kini semua itu berlalu hampir tiga tahun lamanya. Aku masih sayang dia dan belum bisa melupakan kenangan indah saat kita masih bersama. Saat istarahat terkadang  aku sama Indri pergi ke Kantin ataupun kumpul bareng sama teman-teman Gengku,  Geng Smile-X namanya.
Begitupun setiap pulang sekolah kita berdua pergi ke Perpustakaan Umum yang ada, dia suka sekali membaca Novel Harry Potter sedangkan aku sendiri lebih suka membaca komik.
Sekarang ataupun besok Aku akan tetap meyimpan kenangan indah itu, bahkan sampai di ujung usiaku.
”Indri kamu ada di mana ? Aku ingin sekali bertemu denganmu ?”.
Esokya aku tidak pergi ke Kampus, karena aku terserang demam yang sangat tinggi akibat hujan yang turun kemarin. Hampir seminggu aku tidak masuk kuliah dan yang ku lakukan hanya tidur, minum obat, dan lain-lain. itu semua sangatlah membosankan bagiku.
Ketika aku kembali kuliah aku merasa lebih baik dari sebelumnya, bahkan aku sekarang sudah dapat mengikuti kegiatan mata kuliah seperti biasanya.
Di ruangan Tarbiyah, anak-anak Fakultas IPS sudah pada ngumpul. Ada yang asyik ngemil mangga muda pake garem plus cabe, ada yang mainan HaPe, ada yang lagi asyik ngegosipin artis yang baru cerai, ada  juga yang tebar pesona ke teman-teman, dan lain-lain. Setelah aku pikir-pikir ternyata diantara teman-temanku ada yang wajahnya mirip dengan Indri, dan Wilda lah orangnya.
“Woi, lihat siapa yang datang?” Farhan yang duduk di pojok ruangan dengan berteriak-teriak ketika melihat kedatanganku.
Seketika itu teman-teman menyambutku dengan heboh dan menyambut jedatanganku. Tapi dari lusinan wajah ceria yang menyalamiku itu aku tidak melihat wajah Wilda.
“Eh Far, Wilda mana ?” tanyaku.
“Gak tau tuh ! kali aja dia belum datang.”
“Tapi dia udah beberapa hari ini gak masuk kuliah.” Lanjutnya.
“Lho ?! kenapa ?”
“Emang gue pikirin !” ketus Farhan yang langsung pergi meninggalkanku sambil menghisap rokok.
Aku cuma bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah laku Farhan yang cuek abis, lalu aku pun duduk dan membuka mata kuliah hari ini. Kebetulan hari ini jadwal kelompokku untuk mendiskusikan materi kuliah di depan teman-teman.
Setelah beberapa lama kemudian, ketika jam Kuliah baru di mulai sekelebat bayangan seseorang dari luar mengetuk pintu saat aku dan teman-teman  sedang diskusi materi kuliah Sosiologi Kurikulum, orang itu tidak lain adalah Wilda.
“Maaf pak, saya terlambat.” ujarnya sambil menghampiri pak Asep untuk meminta permohonan izin mengikuti mata kuliah yang sudah berlangsung setengah jam.
“Kamu kenapa terlambat ?” Tanya pak Asep.
“Sa, Saya…”
“Sudah sana kamu keluar...! kamu lupa sama kontrak belajar kita dulu ?! kalau sudah lima belas menit setelah saya masuk, mahasiswa yang terlambat di larang mengikuti mata kuliah saya…! Dengan sedikit emosi pak Asep mengusir Wilda.
Akhirnya walau kecewa Wilda  keluar ruangan dan aku sendiri tidak bisa berbuat apa-apa ketika Wilda diusir pak Asep, begitu pun dengan yang lainnya. Karena pak Asep di kenal sebagai dosen yang sangat disiplin dan tegas kepada siapapun.
Melihat Wilda keluar ruangan rasanya aku ingin sekali keluar juga dan menemuinya. Aku mencoba berdiri dan menggeserkan kursiku kebelakang lalu meminta izin untuk pergi ke kamar mandi kepada Pak Asep.
“Pak maaf, saya mau ke toilet dulu sebentar ?”
“Silahkan. Tapi jangan terlalu lama.”
“Baik pak, terima kasih.”
Aku segera keluar dan mencari Wilda. Rupanya dia sedang duduk termenung sendirian di bangku terbuat dari semen yang ada di taman Kampus.
“Hai, gi ngapain ?” tanyaku dengan sedikit basa-basi.
       “Gi duduk.” balasnya.
“Eh denger-denger, kamu sudah beberapa hari ini tidak  masuk kuliah, kenapa ?” tambahku yang duduk menghampirinya.
“Kok kamu nanyain itu ? memangnya kamu sendiri gak masuk kuliah ?” Wilda balik tanya.
“Oh… itu,  aku terserang demam waktu kita hujan-hujanan dulu. Kamu masih ingat kan ?
“Masih.” Jawabnya.
Pada saat itu ku lihat tiba-tiba Wilda meneteskan air mata yang jatuh membasahi pipinya serta kaca mata yang dia pakai.
Kemudian aku mengambil sapu tangan yang ada di dalam kantong celanaku, dan memberikannya ke Wilda.
       “Kamu kenapa menangis ? Nich..! usap dulu air mata kamu.” Tanyaku sembari memberikan sapu tangan ke Wilda.
       “Ayahku meninggal beberapa hari yang lalu.” Jawab Wilda yang sudah tidak bisa menahan air matanya.
       “Waktu itu ayah mau menjemputku di Kampus. tapi akibat jalan yang licin karena hujan yang turun saat itu sangat deras, motor yang Ayah kendarai tiba-tiba menabrak trotoar. Ayahku menghembuskan nafasa terakhir pada saat di bawa ke Rumah Sakit.” Tambahnya.
       “Maaf kalau aku sudah membuatmu sedih. Aku juga turut berduka cita atas musibah yang kamu alami sekarang ini.”      
“Makasih Boy, kamu orangnya baik sekali. Jujur aku senang sekali dapat berteman danganmu.”
       “Tapi kenapa kamu tidak memberi tahu kepada teman-teman tentang kejadian ini ?”  tanyaku kembali.
       “Tidak  tahu Boy ! aku juga belum sempat berpikir untuk memberitahukannya. Karena waktu itu pikiranku sedang kacau.”         Karena terlalu asyik ngobrol dengan Wilda, sampai aku lupa untuk kembali ke ruangan.
       “He…h pasti pak Asep marah campur kecewa kepadaku. sebab aku tidak menepati janji untuk kembali ke ruangan.” Pikirku.
Memang benar perkiraanku, ketika aku kembali setelah jam kuliah pak Asep selesai Dani menghampiriku. “Pak Asep marah besar kepadaku karena sudah membohonginya”. Kata Dani. “Aku juga di anggap tidak bertanggung jawab ketika kelompokku sedang diskusi di depan teman-teman.” Lanjutnya.
Aku bingung apa yang telah terjadi pada diriku ? kenapa bayang-bayang Wilda terus ada di pikiranku. Apakah aku telah jatuh cinta padanya ? ataukah hanya rasa belas kasihan terhadap musibah yang telah menimpanya ? lebih baik aku tidur. Karena jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Selamat tidur semuanya, baik itu buat keluarga ataupun teman-tamanku termasuk Wilda, cewek berkaca mata yang wajahnya mirip dengan Indri.

***